Selamat datang di kampungku!
Di sini kami menyeduh cinta, tawa, dan bahagia.
Campurannya mudah saja,
tinggal petik tiga daun di pucuk tertinggi pohon itu
Lalu dimana pohon itu berada?
Pohon itu dekat saja,
kau bisa melihatnya dari rumahku, sini! Kemari!
Kau lihat pohon rimbun itu?
Ya! Di bagian paling tinggi dari gunung itu!
Tiga daun di pucuk tertinggi pohon itu lah
yang melahirkan cinta, tawa, dan bahagia.
Bagaimana caranya kesana katamu?
Kau hanya perlu berjalan kaki, kok.
Toh, gunung itu sudah terlihat dari sini,
begitu pula pohonnya.
Apa? Jauh katamu? Tidak, kok!
Memangnya kau sudah pernah mencoba pergi kesana?
Kalau belum, lantas, tidak ada hakmu
untuk mengatakan gunung itu jauh bukan?
Kalau jauh, ia tidak akan terlihat dari sini, sayangku.
Maka cobalah, mungkin jika berlari akan lebih cepat,
Karena hanya di kampungku
dan hanya pohon itu yang bisa menyeduh
Cinta, tawa, dan bahagia.
Kalau sudah mendapatkannya, seduhlah,
lalu bawalah kembali ke kampung ini.
Bagilah dengan semua orang, semua harus dapat!
Tidak mungkin katamu? Sudahkah kau mencoba? Belum, kan?
Tidak ada yang tahu apa hasil dari perjuanganmu, kecuali Tuhan
Dan kau maupun orang lain tidak akan pernah tahu hasilnya
tanpa pernah mencoba.
Jadi, cobalah!
Kapan lagi kau bisa menyeduh cinta, tawa, dan bahagia?
Semuanya hanya karena
tiga daun di pucuk tertinggi pohon itu!
Semoga, kau tidak menyerah ditengah jalan
atau kembali tanpa tiga daun di pucuk tertinggi pohon itu.
Tuhan bersamamu selalu, sayangku!
Blogroll
Blog List
About
Jika kau merasa pernah mendengar kata-kataku entah dimana. Mungkin karena kau temanku dan pernah kita berbagi kata-kata tersebut disela-sela tawa kita. Tak kusangkal pula banyak sekali hal yang akan menginspirasi untaian kata yang terdengar rumit ini. Silahkan menikmati, bukan makanan memang, dan tidak membuat kenyang sama sekali. Tapi, kuharap cukup penuh cinta.
Thursday, June 4, 2015
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment