Gadis itu mati karena tak bisa lagi mengartikan rasanya
Ia hidup dalam pikiran, bahwa semua tak sia-sia
Memang betul, ia bahagia. Setidaknya begitulah ia kira.
Maka seakan suntikan narkoba, di otaknya terpatri:
Bahwa ia bahagia,
Fakta selain itu hanyalah godaan setan.
Kalau begitu, mengapa ia menghabiskan harinya menangis?
Merintih, meratap, berteriak kepada dinding yang bahkan malas membalas?
Mengapa ia menengadah ke langit-langit sambil memohon:
Agar dirinya lebih bahagia dari sekarang?
Lalu gadis itu mati rasa, begitu saja!
Karena sampai sekarang tidak ada yang mengerti,
Bahwa sedihnya sudah ia pendam bertahun-tahun
Bahwa ia berpikir dirinya lebih bahagia dari yang ia kira
Bahwa tangis dan keluh kesahnya adalah nyata
Yang sebelumnya ia sembunyikan dibalik tawanya
Gadis itu mati rasa dan bersamanya mati pula jiwanya
Kepada langit dan bumi yang berada di antaranya gadis itu jatuh
Dan luruh dalam dekapan sang bumi
Yang menerima kesedihannya dan menguburkannya dalam-dalam
Tanpa pernah rasa itu beristirahat dalam tenang.
Blogroll
Blog List
About
Jika kau merasa pernah mendengar kata-kataku entah dimana. Mungkin karena kau temanku dan pernah kita berbagi kata-kata tersebut disela-sela tawa kita. Tak kusangkal pula banyak sekali hal yang akan menginspirasi untaian kata yang terdengar rumit ini. Silahkan menikmati, bukan makanan memang, dan tidak membuat kenyang sama sekali. Tapi, kuharap cukup penuh cinta.
Sunday, June 7, 2015
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment