Aku harus jujur, memang sulit mensyukuri kesederhanaan.
Terkadang memang tidak terasa, secara tidak sadar kau sedang duduk di rumah yang nyaman dan hangat, di atas kursi berbantalan empuk.
Saat kau pulang dalam keadaan lelah, kau mungkin tidak melihat segelas teh hangat manis dengan asap mengepul di sebuah gelas mug besar.
Mungkin tidak juga memperhatikan air yang kehangatannya membasahi tubuhmu dengan pas! Rasanya bagai pijatan!
Atau, ketika kau membuka pintu kamar dan dibanjiri dengan kesejukan dari pendingin ruangan, sementara kasur nyaman dengan bantalan empuk dan selimut hangatnya itu menunggumu. Siap memanjakan!
Baru sadar?
Baru sadar ya kalau semua itu adalah suatu kenikmatan kecil yang lupa kau syukuri?
Apalagi, untuk saat ini kau bisa menikmati semua itu secara gratis?
Tapi memang, kata guruku manusia dilahirkan pelupa dan harusnya kita bersyukur atas hal itu. Karena jika kita mengingat semuanya, mungkin kita tidak akan bisa tidur dan menikmati kesederhanaan kecil itu.
Tanpa sadar, telah memanjakan kita setiap hari dan kita lupa untuk mengucapkan terima kasih. Untuk hal sekecil itu.
Blogroll
Blog List
About
Jika kau merasa pernah mendengar kata-kataku entah dimana. Mungkin karena kau temanku dan pernah kita berbagi kata-kata tersebut disela-sela tawa kita. Tak kusangkal pula banyak sekali hal yang akan menginspirasi untaian kata yang terdengar rumit ini. Silahkan menikmati, bukan makanan memang, dan tidak membuat kenyang sama sekali. Tapi, kuharap cukup penuh cinta.
Friday, October 31, 2014
Monday, October 27, 2014
Hujan sudah Turun
Hujan sudah turun
Beruntun
Pelan mengalun
Sambil melamun
Deras sekali
Sampai sulit bermimpi
Sulit mencari
Asal rasa perih
Satu hari
Hujan akan makin deras-- lagi
Di sore hari
Bulan Januari
Beruntun
Pelan mengalun
Sambil melamun
Deras sekali
Sampai sulit bermimpi
Sulit mencari
Asal rasa perih
Satu hari
Hujan akan makin deras-- lagi
Di sore hari
Bulan Januari
Bahkan walaupun Sakit
Ini bodoh
Tapi, aku mau memperjuangkan kamu
Walau Tuhan bilang tidak
Saat Tuhan bilang tidak
Adalah saat aku atau kamu tiada
Ini bodoh
Maka tertawakanlah
Karena aku hanya mau melihat kamu
Karena aku memilih dibutakan oleh kamu
Sampai sakit
Sampai robek
Sampai berdarah-darah
Ini bodoh
Tapi kamu bukan aku
Kau bukanlah apa yang diselamatkan oleh perasaan ini
Walau perasaan ini membunuh
Walau membakar dan menghancurkan
Kau tidak akan pernah tahu
Sampai kaulah yang merasakannya
Karena semua ini menyelematkan aku
Maka musuhi saja aku
Ini memang bodoh
Tapi aku hidup
Dari semua kebodohan ini
Saturday, October 25, 2014
Counting
Because i will not counting down our love
I will never measure on how long we've been through this
All i know that we have know each other
And we have each other
And i have you
I will never measure on how long we've been through this
All i know that we have know each other
And we have each other
And i have you
Thursday, October 16, 2014
Never
You might be standing on the same shoes as mine
But, will never on the same feet
You might be seeing the world on the same height as mine
But, will never on the same eyes
You might love strawberry ice cream as it is very sweet
But i love it because it's cold, but melted on my touch
You might be liking the cool breeze kissing your skin softly
But i love it because it's so wild, angry, and unstoppable
You might be reading through my post and crying
For the love that you'll never have
For it's love that will never be together
But i'm writing this
Heart aching
As it's a love that i might already have
But can't keep it around
Wednesday, October 8, 2014
Mulai Hujan Lagi
Nanti hujan akan deras lagi
Disuatu hari di bulan Januari
Begitu megah, riuh, gaduh
Langit tak pernah segelap itu
Awan tak pernah sepekat itu
Dan hujan--
Hujan belum pernah seribut itu
Maka manusia mulai mencari kehangatan
Mereka menyalakan api
Namun api habis disiram hujan
Hanya menyisakan sepi
Lalu manusia pun membangun tempat berteduh
Untuk melindungi api dari ributnya hujan
Tapi, apapun yang digunakan nantinya akan habis oleh air
Pasir, kayu, batu
Manusia pun menemukan listrik
Tapi, suatu hari kabel pun korslet oleh air hujan
Kuasa alam yang begitu kuat dan ngotot
Lantas, manusia tak akan pernah bisa melawan
Jadi, manusia memutuskan untuk tidak melawan
Mereka pun memperkuat diri
Batu jadi beton
Aliran listrik dilapisi beribu-ribu silikon
Namun, manusia tetap kalah
Karena hujan begitu deras
Begitu gaduh
Begitu riuh
Akhirnya manusia pun memutuskan
Jika suatu hari mereka kalah
Maka mulailah dari awal
Bangun lagi
Lagi dan lagi
Tanpa ingat suatu hari manusia akan mati
Seakan mengatakan semua usaha adalah sia-sia
Begitulah cerita, tentang bagaimana selama ini manusia tetap hidup
Sambil anak cucu mendengarkan cerita dari eyangnya
Tentang suatu hari dimana langit berubah warna
Dan sinar mengintip malu-malu di sela-sela pekatnya awan
Lalu muncul ledakan warna-warna
Dimana-mana!
Sang anak cucu hanya mampu bertanya
Kapan, mereka akan pernah sempat melihat semua itu?
"Nanti ya nak, Bersabarlah. Suatu hari, hujan akan merintik. Saat itu, bersama kita akan melihat pelangi."
Disuatu hari di bulan Januari
Begitu megah, riuh, gaduh
Langit tak pernah segelap itu
Awan tak pernah sepekat itu
Dan hujan--
Hujan belum pernah seribut itu
Maka manusia mulai mencari kehangatan
Mereka menyalakan api
Namun api habis disiram hujan
Hanya menyisakan sepi
Lalu manusia pun membangun tempat berteduh
Untuk melindungi api dari ributnya hujan
Tapi, apapun yang digunakan nantinya akan habis oleh air
Pasir, kayu, batu
Manusia pun menemukan listrik
Tapi, suatu hari kabel pun korslet oleh air hujan
Kuasa alam yang begitu kuat dan ngotot
Lantas, manusia tak akan pernah bisa melawan
Jadi, manusia memutuskan untuk tidak melawan
Mereka pun memperkuat diri
Batu jadi beton
Aliran listrik dilapisi beribu-ribu silikon
Namun, manusia tetap kalah
Karena hujan begitu deras
Begitu gaduh
Begitu riuh
Akhirnya manusia pun memutuskan
Jika suatu hari mereka kalah
Maka mulailah dari awal
Bangun lagi
Lagi dan lagi
Tanpa ingat suatu hari manusia akan mati
Seakan mengatakan semua usaha adalah sia-sia
Begitulah cerita, tentang bagaimana selama ini manusia tetap hidup
Sambil anak cucu mendengarkan cerita dari eyangnya
Tentang suatu hari dimana langit berubah warna
Dan sinar mengintip malu-malu di sela-sela pekatnya awan
Lalu muncul ledakan warna-warna
Dimana-mana!
Sang anak cucu hanya mampu bertanya
Kapan, mereka akan pernah sempat melihat semua itu?
"Nanti ya nak, Bersabarlah. Suatu hari, hujan akan merintik. Saat itu, bersama kita akan melihat pelangi."
Subscribe to:
Posts (Atom)